Difteri menyerang jaringan dalam saluran pernapasan yang
ditimbulkan bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans. Cirinya
adalah terbentuknya membran berwarna kelabu pada area tenggorokan yang berlapis
lendir pekat. Membran ini menyebabkan pasien mengalami batuk berat disertai
rasa sesak yang dapat berujung kematian.
Dilansir dari Deherba.com, selain pengobatan medis dengan
antibiotik dan antitoksin, difteri dapat diobati dengan alternatif lain.
Obat herbal berasal dari buah-buahan ini disebut mampu
meningkatkan kelangsungan hidup dan penyembuhan penyakit difteri.
1. Jus Nanas
Buah nanas mengandung bromelein yang sangat baik untuk
antiradang dan membantu mengelupas sel-sel rusak pada area tenggorokan.
Nanas juga baik untuk membantu meluruhkan membran kelabu
akibat difteri. Senyawa dalam nanas meningkatkan imunitas karena mengandung
antioksidan cukup tinggi.
2. Bawang Putih Segar
Kandungan minyak atsiri bekerja sebagai antibakteri dan
antiradang. Senyawa organosulfida secara aktif mampu meluruhkan membran kelabu.
Sementara kandungan lain seperti saltivine terbukti baik untuk memperbaiki
kerusakan sel dan mengembalikan fungsi sel juga jaringan di area diniding
tenggorokan.
3. Jeruk Nipis dan Rosella
Campuran air rebusan bunga rosella dengan perasan jeruk
nipis menghasilkan antitoksin yang mampu menetralisir racun dari bakteri
Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans.
4. Mengkudu
Kandungan antitoksin xeronine dan flavonoid baik untuk
mengatasi masalah tumpukan toksin dalam darah. Kandungan antibiotik alami di
dalamnya mampu bekerja aktif melawan bakteri. Terdapat pula scolopetin dan terpenoid yang efektif
meredakan peradangan dan membantu pemulihan sel pada tenggorokan
Alternatif obat herbal tersebut dapat dijadikan pengobatan
tunggal maupun pendamping pengobatan medis.
Agar Tak Menular, Ini yang Harus Dilakukan Saat Terkena
Penyakit Difteri Belakangan penyakit difteri sedang marak diperbincangkan.
Hal ini karena hingga November 2017, terdapat 20 provinsi
yang telah melaporkan adanya difteri dengan 593 kasus dan 32 kematian. Difteri pun menjadi penyakit yang begitu menakutkan.
Pasalnya tak hanya menjangkit anak kecil, melainkan orang dewasa juga bisa
terkena difteri.
Selain itu, kemunculan difteri juga tak terbatas pada musim
tertentu. 593 kasus difteri telah dilaporkan sepanjang Januari hingga November
2017. 66 persen dari jumlah prevalensi tidak melakukan imunisiasi. Kemudian, 31
persen melakukan imunisasi, tetapi tak sampai tahap final.
Padahal, untuk terbebas dari difteri, setidaknya individu
harus mendapatkan tiga kali imunisasi. Sementara itu, sisanya yang sebesar 3
persen telah mendapatkan imunisasi lengkap.
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang dapat
terkena difteri. Yaitu, lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat belum
mendapat vaksinasi difteri terbaru, memiliki gangguan sistem imun, seperti
AIDS, dan memiliki sistem imun lemah.
Diagnosa terkena difteri hanya bisa dilakukan dokter dengan
melihat gejala yang ada.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika positif terkena
difteri?
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut yang harus dilakukan
saat terkene difteri.
1. Istirahat total di rumah dan batasi aktivitas fisik
hingga sembuh total.
2. Hindari kontak dengan orang lain agar tidak turut
menyebarkan difteri.
Bila perlu, berlakukan isolasi ketat.
3. Bila kita mengabaikan penyakit ini, komplikasi dapat
terjadi dan tingkat bahaya akan semakin naik.
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
Komplikasi yang bisa saja terjadi adalah tertutupnya saluran
napas oleh selaput, kerusakan pada otot jantung (miokarditis), kerusakan pada
saraf (polineuropati), kelumpuhan, infeksi paru (gagal napas atau pneumonia).
Lebih lanjut, difteri dapat merenggut nyawa. Bahkan walaupun
telah mendapatkan pengobatan, 1 dari 10 penderita difteri meninggal dunia. Namun,
jika tidak segera diobati, jumlah kematian meningkat menjadi 1:2.
Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di
Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri,
Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan.
Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun. Untuk anak usia di atas
7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap.
Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri,
dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga termasuk untuk
orang dewasa.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegag
terjangkit difteri:
- Biasakan mencuci tangan agar segala penyakit dapat dicegah
dari benda-benda terpapar.
- Konsumsi makanan kaya vitamin dan mineral agar kekebalan
tubuh meningkat.
- Konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak.
Tidak hanya berperan dalam perkembangan otak, asam lemak
juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh.
- Lakukan imunisasi DPT dan beberapa imunisasi dasar untuk
mencegah berbagai penyakit, termasuk difteri.
Sebelum terlambat, tak ada salahnya untuk mencegahnya.
(TribunJualBeli.com/ Alieza Nurulita)
Demikian informasi yang dapat kami berikan, Semoga ada
manfaatnya unutk kita semua
Sumber
:http://www.kukabari.com